ayat makiyyah dan madaniyyah
AL MAKKI WA AL MADANI
Ayat Makiyyah dan Madaniyyah
Semua bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan pemikiran dan sendi-sendi kebudayaannya, demikian juga umat Islam amat memperhatikan kelestarian risalah Muhammad shalallohu’alaihi wa sallam yang memuliakan semua umat manusia. Itu disebabkan risalah Muhammad bukan sekedar risalah ilmu dan pembaharuan yang hanya diperhatikan sepanjang diterima akal dan mendapat respons manusia, tetapi diatas itu semua, ia agama yang melekat pada akal dan terpateri dalam hati.
Oleh sebab itu kita dapati para pengemban petunjuk yang terdiri atas para sahabat, tabi`in dan generasi sesudahnya meneliti dengan cermat tempat turunya Alquran ayat demi ayat, baik mengenai waktu maupun tempatnya. Penelitian ini merupakan pilar kuat dalam sejarah perundang-undangan yang menjadi landasan bagi para peneliti untuk mengetahui metode dakwah, macam-macam seruan dan tahapan dalam penetapan hukum dan perintah, mengenai hal ini antara lain seperti dikatakan oleh Ibn Mas`ud rodhiyallohuanhu :
والله الذي اية من كتاب الله الا و انا اعلم اين نزلت ؟ ولا نزلت اية من كتاب الا وانا اعلم فيم نزلت ؟ ولو اعلم انا احدا اعلم مني بكتاب الله تبلغه الابل لركبت اليه
“ Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, setiap surah Quran kuketahui dimana surah itu diturunkan, dan tiada satu ayat pun dari kitab Allah kecuali pasti kuketahui mengenai apa ayat itu diturunkan. Sekiranya aku tahu ada seseorang yang lebih tahu dari padaku mengenai kitab Allah, dan dapat kujangkau orang itu dengan untaku, pasti kupacu untaku kepadanya”.
Dakwah menuju jalan Allah itu memerlukan metode tertentu dalam menghadapi segala kerusakan akidah, perundang-undangan dan perilaku. Beban dakwah itu baru diwajibkan setelah benih subur tersedia baginya dan pondasi kuat telah dipersiapkan untuk membawanya. Dan asas-asas perundang-undangan dan aturan sosialnya juga baru digariskan setelah hati manusia dibersihkan dan tujuannya ditentukan sehingga kehidupan yang teratur dapat terbentuk atas dasar bimbingan dari Allah.
Orang yang membaca Al-Quran Al-Karim akan melihat bahwa ayat-ayat makkiyah mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat madaniyah, baik dalam irama maupun maknanya, sekalipun yang kedua ini didasarkan pada yang pertama dalam hukum-hukum dan perundang-undangannya.
Pada zaman jahiliyah masyarakat sedang dalam keadaan buta dan tuli, menyembah berhala, mempersekutukan Allah, mengingkari wahyu, mendustakan hari akhir, dan mereka mengatakan :
“Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, apakah benar-benar kami akan dibangkitkan?” ( as-Shaffat : 16 ).
Firmannya :
“Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”.( al-Jatsiyah : 24 ).
Mereka ahli bertengkar yang sengit sekali, tukang berdebat dengan kata-kata pedas, dan retorika luar biasa, sehingga wahyu Makki ( yang turun di mekkah ) juga berupa goncangan-goncangan yang mencekam, menyala-nyala seperti api yang memberi tanda bahaya disertai argumentasi yang kuat dan tegas, semua ini dapat menghancurkan keyakinan mereka pada berhala, kemudian mengajak mereka kepada agama tauhid uluhiyyah maupun rububiyyah. Dengan demikian tabir kebobrokan mereka berhasil dirobek-robek, begitu juga segala impian mereka dapat dilenyapkan dengan memberikan contoh-contoh kehidupan akhirat, surga dan neraka yang ada di dalamnya. Mereka yang begitu fasih berbahasa dengan kebiasaan retorika tinggi, ditantang agar membuat seperti apa yang ada di dalam Alqur`an, dengan mengemukakan kisah-kisah para pendusta terdahulu sebagai peringatan dan pelajaran.Demikianlah akan kita lihat Alqur`an surah makkiyah itu penuh dengan ungkapan-ungkapan yang kedengarannya sangat keras ditelinga, huruf-hurufnya seolah melontarkan api ancaman dan siksaan, masing-masing sebagai penahan dan pencegah, sebagai suara pembawa malapetaka, seperti dalam surah Alqari`ah, Ghasyiah dan Waqi`ah, dengan huruf-huruf hijaiyah pada permulaan surah, dan ayat-ayat berisi tantangan di dalamnya, nasib umat-umat terdahulu, bukti-bukti alamiyah dan yang dapat diterima akal. Semua ini menjadi ciri-ciri Alqur`an surah makkiyyah.
Setelah terbentuk jamaah yang beriman kepada Allah, malaikat, kitab dan rasulnya, kepada hari akhir dan qadar, baik dan buruknya, serta akidahnya telah teruji dengan berbagai ujian dari orang musyrik dan ternyata dapat bertahan, dan dengan agamanya itu mereka berhijrah karena lebih mengutamakan apa yang ada disisi Allah dari pada kesenangan hidup duniawi. Maka disaat itu kita melihat ayat-ayat madinah yang panjang-panjang yang menbicarakan hukum-hukum Islam serta ketentuan-ketentuannya, mengajak berjihad dan berkorban dijalan Allah kemudian menjelaskan dasar-dasar dan perundang-undangan, meletakkan kaidah kemasyarakatan, menentukan hubungan pribadi, hubungan ienternasional antar bangsa. Juga menyingkap aib dan isi hati orang-orang munafik , berdialog dengan ahli kitab dan membungkam mulut meraka. Inilah ciri-ciri umum Alqur`an yang Madani.
A. Perhatian Para Ulama terhadap Surah Makki dan Madani serta Contoh dan Faedahnya.
para ulama begitu tertarik untuk meneliti surat-surat makki dan madani. Mereka meneliti alquran ayat demi ayat dan surat demi surat untuk ditertibkan, sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka mengumpulkan antara waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan pada peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan, ilmiah tentang ilmu makki dan madani. Dan itu pula sikap ulama kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadap aspek kajian alqur`an lainnya.
Memang suatu usaha besar bila seorang peneliti meneliti turunnya wahyu dalam segala tahapannya, mempelajari ayat-ayat alqur`an sehingga dapat menentukan wahyu dan tempat turunnya, serta dengan bantuan tema surat atau ayat, merumuskan kaidah-kaidah analogis unutuk menentukan apakah sebuah seruan itu termasuk makki atau madani, ataukah ia merupakan tema-tema yang menjadi titik tolak dakwah di mekkah atau di madinah.
Apa bila sesuatu masalah masih belum jelas bagi seorang peneliti karena terlalu banyak alasan yang berbeda-beda, maka ia kumpulkan, perbandingan dan mengklasifikasikannya, mana yang serupa dan mana yang turun di mekkah dan mana pula yang serupa dengan yang turun di madinah.
Apa bila ayat-ayat itu turun disuatu tempat, kemudian oleh seorang sahabat dibawa segara setalah diturunkan untuk disampaikan di tempat lain, maka para ulama pun akan menetapkan seperti itu. Mereka berkata : “ apa yang dibawa dari mekkah ke madinah, dan ayat yang dibawa dari madinah ke mekkah.”
Abul Qasim al- Hasan bin Muhammad bin Habib an-Naisaburi menyebutkan dalam kitabnya at-Tanbih `ala Fadli `Ulumil Qur`an : “Diantara ilmu-ilmu Alqur`an yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul alquran dan daerahnya, urutan turunnya di mekkah dan madinah, tentang yang diturunkan di mekkah tapi hukumnya madani dan sebaliknya, yang diturunkan di mekkah mengenai penduduk madinah dam sebaliknya. Yang serupa dengan yang diturunkan di mekkah ( makki ) tetapi termasuk madani dan sebaliknya, dan tentang yang diturunkan di Juhfah, di baitul Maqdis, di Thaif atau di Hudaibiyah. Demikian juga yang diturunkan di waktu malam, di waktu siang. Diturunkan secara bersama-sama, dua atau yang diturunkan secara tersendiri, ayat-ayat madaniyah dan surat-surat makiyah, ayat-ayat makkiah dari surat madaniah, yang dibawa dari mekkah dari madinah dan yang dibawa dari madinah ke mekkah, yang dibawa dari madinah ke habasyah, yang diturunkan dalam bentuk global dan yang telah di jelaskan, serta yang di perselisihkan sehingga sebagian orang mengatakan madani dan sebagian lain mengatakan makki. Itu semua ada dua puluh lima macam. Orang yang tidak mengetahuinya dan tak dapat mebeda-bedakannya, ia tidak berhak berbicara tentang Alqur`an.”
Para ulama sangat memperhatika alqur`an dengan cermat. Mereka menerbitkan surat-surat sesuai dengan tempat turunnya, mereka mengatakan misalnya : “ surat ini diturunkan setelah surat itu” dan bahkan lebih cermat lagi sehingga mereka membedakan antara yang diturunkan dimalam hari dengan yang diturunkan disiang hari, antara yang diturunkan di musim panas dengan yang diturunkan di musim dingin, dan antara yang diturunkan diwaktu sedang berada dirumah dengan yang diturunkan disaat bepergian.
B. Yang terpenting dipelajari para ulama dalam pembahasan ini adalah :
1. Yang diturunkan di mekkah,
2. Yang diturunkan di madinah,
3. Yang diperselisihkan,
4. Ayat-ayat makiyah dalam surat-surat madaniyah,
5. Ayat-ayat madinah dalam surat makkiyah,
6. Yang diturunkan di mekkah sedang hukumnya madani,
7. Yang diturunkan di madinah sedang hukumnya madani,
8. Yang serupa dengan yang diturunkan di mekkah ( makki ) dalam kelompok madani,
9. Yang serupa dengan yang diturunkan di madinah ( madani ) dalam kelompok makki;
10. Yang dibawa dari mekkah ke madinah,
11. Yang dibawa dari madinah ke mekkah,
12. Yang turun di waktu malam dan siang,
13. Yang turun dimusim panas dan dingin,
14. Yang turun diwaktu menetap dan dalam perjalanan.
Inilah macam-macam ilmu alQur`an yang pokok, berkisar disekitar makki dan madani, oleh karena dinamakan “ ilmul makki dan madani”.
Beberapa contoh
1 dan 2. Yang diturunkan di mekkah atau Madinah.
Pendapat yang paling mendekati kebenaran tentang bilangan surat-surat makkiah dan madinah ialah bahwa madaniah ada dua puluh surah; 1) al-baqarah, 2) Ali- Imran, 3) an-Nisa`, 4) al- Maidah, 5) al-Anfal, 6) at-Taubah, 7) an-Nur, 8) al-Ahzab, 9) Muhammad, 10) al-Fath, 11) al-Hujurat, 12) al-Hadid, 13) al-Mujadalah, 14) al-Hasyr, 15) al- Mumtahanah, 16) al-Jumu`ah, 17) al-Munafiquun, 18) al-Talaq, 19) at-Tahrim, 20) an-Nasr.
. 3. Yang diperselisihkan
Sedang yang diperselisihkan ada dua belas surah 1) al-Ftihah, 2) ar-Ra`ad, 3) ar-Rahman, 4) as-Shaf, 5) at-Taghabun, 6) at-Tatfif(Almuthoffifin), 7) al Qadar, 8) al-Bayinah, 9) az-Zalzalah, 10) al-Ikhlas, 11) al-Falaq, 12) an-Nas.
Selain yang disebutkan diatas adalah surat makki, yaitu delapan puluh surah, maka jumlah surah-surah Alqur`an itu semuanya seratus empat belas surah.
Ayat-ayat makiah dalam surat madaniah.4
Dengan menamakan sebuah surat itu makkiah atau madaniah tidak berarti bahwa surat tersebut seluruhnya makkiah atau madaniah. Sebab didalam surat makkiah terkadang terdapat ayat-ayat madaniah, dan didalam surat madaniah pun kadang juga terdapat ayat-ayat makkiah. Dengan demikian penamaan surat itu makkiah atau madaniah adalah menurut sebagian besar ayat-ayat yang terkandung didalamnya. Karena itu dalam penamaan surat sering disebutkan bahwa surah itu makkiah kecuali ayat `anu` adalah madaniah. Dan surah ini madaniah kecuali ayat `anu` adalah makkiah. Demikianlah kita jumpai didalam mushaf-mushaf Alquran.
Disekian contoh ayat-ayat makkiah dalam surah madaniah ialah surat al-nfal itu madaniah tetapi banyak ulama mengecualikan ayat : `Dan , ketika orang-orang kafir memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.( al-Anfal : 30 ).
Mengenai ayat ini Muqatil mengatakan : ` ayat ini di turunkan di mekkah, dan memang pada lahirnya memang demikian, sebab ia mengandung apa yang dilakukan orang musyrik di Darun Nadwah ketika mereka merencanakan tipu daya terhadap Rasulullah Shallallohu;alaihi wa sallam sebelum hijrah`. Sebagian para ulama mengecualikan pula ayat : ` Wahai Nabi, cukuplah Allah dan orang-orang mukmin yang mengikutimu menjadi penolongmu`. (al-Anfal 84 ). Mengingat hadis yang dikrluarkan oleh al-Bazar dari Ibn Abbas, bahwa ayat itu diturunkan ketika Umar bin Khatab masuk Islam.
5. Ayat-ayat madaniah dalam surah makkiah,
Misalnya surah al-An`am. Ibn Abbas berkata : “ Surah ini diturunkan sekaligus di mekkah, maka ia makkiah, kecuali tiga ayat diturunkan di madinah yaitu ayat : “ Katakanlah : marilah aku bacakan` sampai dengan ayat ketiga itu selesai ( al-An`am 151-153 ). Dan surah al-Hajj adalah makkiah kecuali tiga ayat diturunkan di madinah, dari awal firman Allah: `Inilah dua golongan yang bertengkar mengenai Tuhan mereka.`(al-Hajj:19-21 ).
6.Ayat yang diturunkan di mekkah sedang hukumnya madani.
Mereka memberi contoh dengan firman Allah : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(al-Hujurat: 13 ).
Ayat ini diturunkan di mekkah pada hari pertama penaklukan kota mekkah. Tetapi sebenarnya madaniah karena diturunkan sesudah hijrah; di samping itu seruannya pun bersifat umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak dinamakan makki dan tidak pula dinamakan madani, secara pasti tetapi mereka katakan `Ayat yang diturunkan di mekkah sedang hukumnya madani`.
7.Ayat yang diturunkan di madinah sedang hukumnya makkah.
Mereka memberi contoh dengan surah al-Mumtahanah, surah ini diturunkan di madinah dilihat dari segi turunnya. Tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik penduduk mekkah.
8. Ayat yang serupa dengan yang diturunkan di mekkah ( makki ) dalam madani.
Yang dimaksud para ulama ialah ayat-ayat yang pada surah madaniah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum surah makiah. Contohnya firman Allah dalam surah al-Anfal yang madaniah : `Dan , ketika mereka berkata : `Ya Allah, jika betul ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih`.(al-Anfal :32 ) ini mengingat permintaan kaum musyrikin untuk disegerakan azab itu adalah di mekkah.
9.Yang serupa dengan yang diturunkan di madinah ( madani ) dalam makki.
Yang dimaksud oleh para ulama ialah kebalikan dari yang sebelumnya ( no.8 ) mereka memberi contoh dengan firman Allah dalam surah an-Najm : `orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil.` ( an-Najm :32 )
As-Suyuti mengatakan ` perbuatan keji adalah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa besar adalah setiap dosa yang mengakibatkan neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecil ialah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa diatas. Sedang di mekkah belum ada sanksi dan yang serupa dengnnya.
10.Ayat yang dibawa dari mekkah ke madinah.
Contohnya ialah surah al-A`la. Diwiwayatkan oleh Bukhari dari al-Barra bin `Azib yang mengatakan : ` Orang yang pertama kali datang kepada kami dari para sahabat Nabi adlah Mus`ab bin Umair dan Ibn Ummi Maktum. Keduanya membacakan Alqur`an kepada kami. Sesudah itu datanglah Amar, bilal dan Sa`ad. Kemudian datang pula Umar bin Khatab sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah Nabi. Aku melihat penduduk madinah bergembira setelah aku membacakan sabbihisma rabbikal a`la dari antar surah yang semisal dengannya.` Pengertian ini cocok dengan alquran yang dibawa oleh golongan Muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum anshar.
11.Yang dibawa dari madinah ke mekkah.
Contohnya ialah awal surah al-Bara`ah, yaitu ketika Rasulullah Shalallohu’alaihi wa sallam memerintahkan kepada Abu Bakar untuk berhaji pada tahun kesembilan. Ketika awal surah al-Bara`ah turun, Rasulullah Shalallohu’alaihi wa sallam memerintahkan Ali bin Abu Thalib untuk membawa ayat tersebut kepada Abu Bakar agar ia sampaikan kepada kaum musyrikin. Maka Abu Bakar membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa setelah tahun ini tidak seorang musyrik pun diperbolehkan berhaji.
12. Ayat yang turun dimalam hari dan pada siang hari.
Kebanyakan ayat Alquran itu turun pada siang hari. Mengenai yang diturunkan pada malam hari Abul Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib an-Naisaburi telah menelitinya. Dia memberikan beberapa contoh diantaranya: bagian-bagian akhir surah al-Imran. Ibn Hibban dlaam kitab sahihnya, Ibnul Mundzir, Ibn Mardawaih, dan Ibn Abud Dunya, meriwayatkan dari Aisyah r.a : Bilal datang kepada Nabi untuk memberitahukan waktu shalat subuh; tetapi ia melihat Nabi sedang menangis. Ia bertanya; ` Rasulullah apa yang menyebabkan engkau menangis ?` Nabi menjawab : `Bagaimana saya tidak menagis padahal tadi malam diturunkan kepadaku : `Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,` (al-Imran: 190 ).` Kemudian katanya ` Celakalah orangvyang membacanya, tetapi tidak memikikannya.`
Contoh lain ialah tiga orang yang tidak ikut berperang. Terdapat dalam Sahih Bukahri dan Muslim. Hadis Ka`ab : Allah menerima taubat kami pada sepertiga malam yang terakhir.
Contoh lainnya ialah awal surat al-Fath, terdapat dalam sahih Bukhari dari hadis Umar : ` Telah diturunkan kepadaku pada malam ini sebuah surah yang lebih aku sukai dari apa yan telah disinari oleh matahari.` Kemudian beliau membacakan ` Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.`
13.Yang turun dimusim panas dan dingin.
Para ulama memberi contoh ayat yang turun dimusim panas dengan ayat tentang kalalah yang terdapat di akhir surah an-Nisa`. Dalam sahih Muslim dari Umar : `Tidak ada yang sering kutanyakan kepada Rasulullah shallallohu’alaihi wa sallam tentang sesuatu seperti pertannyaanku tentang kalalah. Dan Ia pun tidak pernah bersikap kasar tentang suatu urusan seperti sikapnya kepadaku mengenai kalalah itu. Sampai-sampai ia menekan dadaku dengan jarinya sambil berkata : “ Umar belum cukupkah bagimu satu ayat yang diturunkan pada musim panas yang terdapat diakhir surah an-Nisa ?”
contoh lain ialah ayat yang turun dalam perang Tabuk. Pernag tabuk itu terjadi pada musim panas yang berat sekali, seperti dinyatakan dalam Alqur`an.
Sedang yang turun dimusim dingin mereka contohkan dengan ayat-ayat yang mengenai “ tuduhan bohong” yang terdapat dalam surat an-Nur : “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari segolongan kamu juga. Sampai dengan “ bagi mereka ampuna dan rezeki yang mulia.” ( an-Nur : 11-26 )
dalam hadis sahih dari Aisyah radhiyallohanha : “Ayat-ayat itu turun pada hari yang dingin.” Contoh lain adalah ayat-ayat yang turun mengenai perang Khandaq, dari surah al-Ahzab ayat-ayat itu turun pada hari yang amat dingin.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Dalailun Nubuwah, dari Huzaifah yang menyatakan : ” Orang- orang meninggalkan Rasulullah shalallohu’alaihi wa sallam pada malam peristiwa Ahzab, kecuali dua belas orang lelaki. Lalu Rasulullah shalallohu’alaihi wa sallam datang kepadaku, dan berkata : “ bangkit dan berangkatlah ke medan perang Ahzab !”. aku menjawab : “ Ya Rasulullah demi yang mengutus engkau dengan sebenarnya, aku mematuhi engkau karena malu, sebab hari dingin sekali,” lalu turun wahyu Allah: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya . Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.` ( al-Ahzab : 9 ).
14. Yang turun diwaktu menetap dan yang turun di waktu perjalanan.
Kebanyakan dari alqur`an itu turun diwaktu menetap. Tetapi kehidupan Rasulullah Shalallohu’alaihi wa sallam penuh dengan jihad dan peperangan dijalan Allah. Sehingga wahyu pun turun diperjalanan tersebut. Imam As-Suyuuti menyebutkanbutkan contoh ayat yang turun dalam perjalanan. diantaranya ialah awal surah al-Anfal yang turun dibadar setelah selesai perang, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad melalui Sa`ad bin Abi Waqqas. Dan ayat : “ Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah” ( at-Taubah : 34 ).
Diriwayatkan oleh Ahmad melalui Tsauban, bahwa ayat tersebut turun ketika Rasulullah SAW dalam salah satu perjalanan. Juga awal surah al-Hajj. Tirmizi dan Hakim meriwayatkan melalui `imran bin Husain yang mengatakan : “ ketika turun kepada Nabi ayat : “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu, sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar . pada hari kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” ( al-Hajj : 1-2 ).
Ayat ini diturunkan kepada Nabi sewaktu dalam perjalanan, begitu juga surah al-Fath. Diriwayatkan oleh Hakim dan yang lain, melalui Al-Miswar bin Makhramah dan Marwn bin Al-Hakam, keduanya berkata : “ Surah al-Fath dari awal sampai akhir, turun diantara mekkah dan madinah mengenai soal Hudaibiyah.”
C. Faedah Mengetahui Makki dan Madani
pengetahuan tentang makki dan madani banyak faedahnya diantaranya:
1. Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Alqur`an,
sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menmafsirkannya dengan tafsiran yang benar. Sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh, bila diantara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh yang tedahulu.
2. Meresapi gaya bahasa Alquran dan memanfaatkannya dalam metode dakwah menuju jalan Allah.
Sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi merupakan arti peling khusus dlam retorika.
Karakteristik gaya bahasa makki dan madani dalam Alquran pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai denag kejiwaan lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaaannya serta menguasai apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.
Setiap tahapan dakwah mempunyai topik dan pola penyampaian tersendiri. Pola penyampaian itu berbeda-beda. Sesuai dengan perbedaan tata cara, keyakinan dan kondisi lingkungan. Hal yang demikian nampak jelas dalam berbagai cara Alqur`an menyeru berbagai golongan; orang yang beriman, yang musyrik, yang munafik dan ahli kitab.
3. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Alqur`an.
Sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah Shalallohu’alaihi wa sallam sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam periode mekkah maupun madinah. Sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan. Alqur`an adalah sumber pokok bagi peri kehidup Rasulullah Shalallohu’alaihi wa sallam, peri hidup beliau yang diriwayatkan ahli sejarah harus sesuai denga Alquran, dan Alqur`an pun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan.
D. Pengetahuan tentang Makki dan Madani serta Perbedaannya.
Untuk mengetahui dan menentukan makki dan madani para ulama bersandar pada dua cara utama : sima`i naqli ( pendengaran seperti apa adanya ) dan qiyasi ijtihadi ( kias hasil ijtihad ). Cara pertama didasarkan pada riwayat sahih dari para sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu. Atau dari para tabi`in yag menerima dan mendengar dari para sahabat sebagaiamana, dimana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu. Sebagian bear penentuan makki dan madani itu didasarkan pada cara pertama. Dan cotoh-contoh diatas adalah bukti paling baik baginya. Penjelasan tentang penentuan tersebut telah memenuhi kitab-kitab tafsir bil ma`tsur. Kitab asbabun Nuzul dan pembahasan-pembahasan mengenai ilmu-ilmu alqur`an. Namun demikian tentang hal tersebut tudak terdapat keterangan sedikit pun dari Rasulullah, karena ia tidak termasuk suatu kewajiban , kecuali dalam batas yang dapat membedakan mana yang nasikh dan mana yang mansukh.
Qadi Abu bakar Ibnut Tayyib al-Baqalani dalam al-Intisaar menegaskan : “pengetahuan tentang makki dan madani itu mengacu pada hafalan para sahabat dan tabi`in. tidak ada suatu keteranganpun yang datang dari Rasulullah Shalallohu’alaihi wa sallam mengenai hal itu, sebab ia tidak diperintahkan untuk itu, dan Allah tidak menjadikan ilmu pengetahuan mengenai hal itu sebagai kewajiban umat. Bahkan sekalipun sebagian pengetahuan dan pengetahuan mengenai sejarah nasikh dan mansukh itu wajib bagi ahli ilmu. Tetapi pengetahuan tersebut tidak harus di peroleh melalui nash dari Rasulullah Shalallohu’alaihi wa sallam.
Cara qiyasi ijtihadi didasarkan pada ciri-ciri makki dan madani. Apa bila dalam surah makki terdapat suatu ayat yang mengandung ayat madani atau mengandung persitiwa madani, maka dikatakan bahwa ayat itu madani. Dan sebaliknya. Bila dalam satu surah terdapat ciri-ciri makki, maka surah itu dinamakan surah makki. Juga sebaliknya. Inilah yang disebut qiyas ijtihadi.
Oleh karena itu para ahli mengatakan : “ Setiap surah yang didalamnya mengandung kewajiban atau ketentuan, surah itu adalah madani. Dan begitu seterusnya.” . ja`bari mengatakan: “ Untuk mengetahui makki dan madani ada dua cara : “sima`i ( pendengaran ) dan qiyasi ( kias )” sudah tentu sima`i pegangannya berita pendengaran, sedang qiyasi berpegang pada penalaran, baik berita pendengaran atau penalaran keduanya merupakan metode pengetahuan yang valid dan metode penelitian ilmiah.
E. Perbedaan Makki dan Madani
Untuk membedakan makki dan madani, para ulama mempunyai tiga cara pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
1.Dari segi waktu turunnya.
Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan dimekkah. Madani adalah yang turun sesudah hijrah meskipun bukan di madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun dimekkah atau Arafah. Adalah madani seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota makkah misalnya firman Allah: `Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak` ( an-Nisa` : 58 ).
Ayat ini diturunkan di mekkah dalam ka`bah pada tahun penaklukan mekkah. Atau yang diturunkan pada haji Wada`, seperti firman Allah : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.` ( al-Maidah : 3 ).
Pendapat ini lebih baik dari kedua pendapat berikut. Karena ia lenih memberikan kepastian dan konsisten.
2. Dari segi tempat turunnya.
Makki adalah yang turun di mekkah dan sekitarnya. Seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani ialah yang turun di madinah dan sekitarnya. Seperti Uhud, Quba` dan Sil`. Pendapat ini mengakibatkn tidak adanya pembagian secar konkrit yang mendua. Sebab yang turun dalam perjalanan, di Tabukh atau di Baitul Maqdis tidak termasuk kedalam salah satu bagiannya. sehingga ia tidak dinamakan makki ataupun madani. Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan dimakkah sesudah hijrah disebut makki.
3. Dari segi sasarannya.
Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk mekkah dan madani ditujukan kepada penduduk madinah. Berdasrkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Alqur`an yang mengandung seruan yaa ayyuhannas ( wahai manusia ) adalah makki, sedang ayat yang mengandung seruan yaa ayyu halladziina aamanuu ( wahai orang-orang yang beriman ) adalah madani.
Namun melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyakan surah Alqur`an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu, dan ketentuan demikianpun tidak konsisten. Misalnya surah alBaqarah itu madani, tetapi didalamnya terdapat ayat :
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”( al-Baqarah : 21 )
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”( al-Baqarah : 168 )
dan surah an-Nisa` itu madani, tetapi permulannya “ yaa ayyuhan nas”, surah al-Hajj, makki tetapi didalamnya terdapat juga :
“Hai orang-orang yang beriman, ruku`lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.` ( al-Hajj : 77 )
Al-Quran Al-Karim adalah seruan ilahi terhadap semua mahluk. Ia dapat saja menyeru kepada orang yang beriman dengan sifat, nama atau jenisnya. Begitu pula orang yang tidak beriman dapat dperintah untuk beribadah, sebagaiman orang yang beriman diperintahkan konsisten dan manambah ibadanya.
F. Ciri-ciri khas Makki dan Madani
Para ulama telah meneliti surah-surah makki dam madani, dan menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya, yang menerangkan ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Dari situ mereka dapat menghasilkan kaidah-kaidah dengan ciri-ciri tersebut.
1. Ketentuan Makki dan Ciri khas Temanya .
Setiap surah yang didalamnya mengandung `sajdah` maka surah itu makki.
• Setiap surah yang mengandung lafal ` kalla` berarti makki. Lafal ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Qur`an dan di sebutkan sebanyak tiga puluh tiga kali dalam lima belas surah.
• Setiap surah yang mengandung yaa ayyuhan naas dan tidak mengandung yaa ayyuhal ladzinaa amanuu, berarti makki. Kecuali surah al-Hajj yang pada akhir surah terdapat ayat yaa ayyuhal ladziina amanuur ka`u wasjudu. Namaun demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah makki.
• Setiap surah yang menngandung kisah para nabi umat terdahulu adalah makki, kecuali surah baqarah.
• setiap surah yang mengandung kisah Adam dan iblis adalah makki, kecuali surat baqarah. .
• setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan seperti alif lam mim, alif lam ra, ha mim dll, adalah makki. Kecuali surah baqarah dan ali-imran, sedang surah Ra`ad masih diperselisihkan.
G. Dari segi ciri tema dan gaya bahasa dapatlahdiringkas sebagai berikut :
Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan siksanya, surga dan nikmatnya, argumentasi dengan orang musyrik dengan menggunkan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniah.
• Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan ahlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara dzalim. Penguburan hidup-hidup bayi perempuan dn tradisi buruk lainnya.
• Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelaran bagi mereka sehingga megetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan buat Rasulullah SAW sehingga ia tabah dalam mengadapi gangguan dari mereka dan yakin akan menang.
• Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras. Menggetarkan hati, dan maknanya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah, seperti surah-surah yang pendek-pendek . dan perkecualiannya hanyasedikit.
3. Ketentuan Madani dan Ciri Khas Temanya
• Setiap surah yang berisi kewajiban atai had ( sanksi ) adalah madani.
• Setiap surah yang didalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah madani, kecuali surah al-ankabut adalah makki.
• Setiap surah yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab adalah madani.
4. Dari segi ciri khas, tema dan gaya bahasa dapatlah diringkaskan sebagai berikut :
• Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasiaonal baik diwaktu damai maupun perang, kaidah hukum dan masalah perundang-undangan.
• Seruan terhadap ahli kitab, dari kalangan yahudi dn nasrani. Dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka, terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran, dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki diantara sesama mereka.
• Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisi kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
• Suku kata dan ayat-ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.
Wallohu a’lam.
Referensi:
Mabahist Fii ‘ulumil Qur’an.