Menejemen waktu
refleksi waktu
Waktu adalah kehidupan, Waktu adalah pilihan kemakmuran atau kehancuran, Setiap hidup dibatasi siang, Saat istirahat dipagari dengan malam, Saat muda akan bertemu dengan masa tua, Dan saat hidup pasti akan berujung dengan kematian. Tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari, pekan, bulan, dan tahun berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Maka, kaum muslimin diseluruh dunia telah memasuki tahun 1434 H.
Muhasabah Setahun yang lalu
Bersykurlah bagi mereka setahun yang lalu mengisi waktunya penuh dengan kebaikan dan ketaatan kepada Alloh Ta’ala. Mereka akan menikmati balasan atas perbuatanya. Begitu pula bagi mereka yang selama setahun yang lalu lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermaksiat kepada Alloh. Mereka juga akan merasakan balasan atas perbuatanya, Alloh Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”.(Qs.Al-zalzalah: 7-8)
Semua akan mendapatkan balasan. Baik kebaikan maupun keburukan. Kebaikan dibalas kebaikan, keburukan dibalas keburukan. Energi positif berbuah positif, dan energi negatif berbuah negatif. waktu sama, namun isi berbeda maka hasilnyapun akan berbeda.
Menjaga Amanah Waktu
Begitu pentingnya waktu, sampai-sampai Alloh bersumpah dengan waktu didalam surat al-‘Ashr: 1-3
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang mengerjakan amal sholih dan nasehat menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran.(Qs.Al Ashr:1-3)
Dalam surat ini Allah Ta’ala telah memperingatkan kita akan betapa pentingnya ‘waktu’. Seharusnya seorang muslim bersemangat untuk memanfaatkan waktunya dalam kebaikan. Hendaklah ia menyibukkan waktunya untuk banyak mengingat Allah, dan melakukan ketaatan kepada-Nya. Ingatkah nasehat Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam:
”pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara, hidupmu sebelum matimu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kosongmu sebelum datang masa sibukmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, masa kayamu sebelum masa fakirmu.” (HR. Ahmad dengan sanad sahih).
Tabiat manusia tidak bisa diam dan berhenti dari aktivitas. Kalau aktivitas ini diarahkan dengan baik maka manfaatnya akan kembali pada umat, tetapi kalau sebaliknya maka akan menjadi lahan yang subur bagi setan.
Ada permasalahan yang harus kita sadari, bahwa kelalaian manusia terhadap pemanfaatan waktu. Pada saat orang-orang barat (non muslim) giat memanfaatkan waktu mereka, bersamaan dengan itu juga mereka memalingkan pandangan kaum muslimin dengan merusak waktu, mendorong kita untuk menyia-nyaiakannya. agar kita sibuk dengan hal-hal sepele dan memalingkan dari hal-hal yang penting. dengan cara merubah pikiran kita menjadi orang–orang yang berpikir kapitalis karena kita jadi tergiur memiliki suatu benda atau barang, yang akhirnya menuntut kita bekerja lebih dari yang seharusnya dan waktu kita akan habis hanya memikirkan pekerjaan seumur hidup kita. Menciptakan permainan pengisi waktu kosong, seni yang membuai, acara-acara TV yang bertujuan menghilangkan kejenuhan terhadap rutinitas kerja sehari-hari. Begitulah cara mereka memalingkan pikiran dan waktu kita.
Ini adalah realitas, dan kita harus bertanya kepada diri sendiri. Dari waktu 24 jam yang kita punyai setiap hari, berapa lama waktu untuk bekerja dan mencari hiburan. Dan berapa waktu yang kita punyai untuk bermesra dengan Allah ataupun berkumpul dengan keluarga untuk memperkuat ikatan silahturahmi dan kasih sayang antara orang tua dan anak. Kalau kita mau jujur kita akan mendapat jawaban yang jujur, dan mulailah untuk memperbaiki segalanya sebelum terlambat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya: "Tidak akan beranjak kaki seorang hamba di akhirat kecuali setelah ditanya tentang empat perkara: ditanyakan tentang umurnya lalu bagaimana ia menggunakannya dan ditanyakan kepadanya tentang ilmu yang didapatkannya lalu apa yang dilakukannya dengan ilmu tersebut, ditanyakan kepadanya tentang harta yang ia dapatkan dari mana ia mendapatkannya dan kemana harta itu dibelanjakan dan ditanyakan kepadanya tentang jasadnya lalu kemana dipergunakannya.
(HR.Tirmidzi yang telah dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitabnya Al-Jami')
Saatnya, memperdayakan waktu untuk islam
Kita tidak tahu berapa lama masa hidup kita di dunia. Yang terpenting, kita harus memiliki karya besar untuk menjadi orang yang mulia karena memperjuangkan umat Islam.
Rasulullah shalallohu’alaihi wa sallam telah memberi teladan kepada kita dalam memanfaatkan waktu hidupanya. Beliau tidak terlalu banyak tidur, karena di malam hari melakukan sholat malam sampai kakinya bengkak. Di siang hari beliau menjadi pedagang, pendakwah dan kepala pemerintahan yang sangat handal. Dalam waktu 23 tahun, beliau mampu membangun peradaban Islam. Beliau mengikuti 27 peperangan bersama para sahabatnya dalam waktu kurang dari 10 tahun. Namun demikian, beliau juga mampu membagi waktu untuk menyantuni fakir miskin, menyayangi istri dan kerabat.
Para sahabat nabi juga memberikan teladan yang luar biasa kepada umatnya. Zaid bin Tsabit , sekretaris dan penghimpun Al Qur’an dalam sebuah mushhaf, dapat menguasai bahasa Parsi hanya dalam waktu 2 bulan. Anas bin Malik yang menjadi pelayan rasulullah shalallohu’alaihi wa sallam sejak usia 10 tahun dan hidup bersama rasul selama 20 tahun, telah meriwayatkan 2286 hadits.
Demikian pula para ulama generasi berikutnya. Syaikhul islam ibnu Taimiyyah karya tulisan beliau mencapai 500 jilid. Abul Hasan bin Abi Jaradah (548 H) sepanjang hidupnya menulis kitab-kitab penting sebanyak tiga lemari. Abu Bakar Al-Anbari mampu membaca sebanyak sepuluh ribu lembar. Syekh Ali At-Thantawi mampu membaca 100-200 halaman setiap hari. Artikel yang telah dimuat di media massa sebanyak tiga belas ribu halaman. Dan yang hilang lebih dari itu.
Begitulah mereka memberdayakan waktu untuk islam. Sekarang, apakah yang sudah kita sumbangkan untuk islam?!
Wallohu’alam bis showab.
Waktu adalah kehidupan, Waktu adalah pilihan kemakmuran atau kehancuran, Setiap hidup dibatasi siang, Saat istirahat dipagari dengan malam, Saat muda akan bertemu dengan masa tua, Dan saat hidup pasti akan berujung dengan kematian. Tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari, pekan, bulan, dan tahun berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Maka, kaum muslimin diseluruh dunia telah memasuki tahun 1434 H.
Muhasabah Setahun yang lalu
Bersykurlah bagi mereka setahun yang lalu mengisi waktunya penuh dengan kebaikan dan ketaatan kepada Alloh Ta’ala. Mereka akan menikmati balasan atas perbuatanya. Begitu pula bagi mereka yang selama setahun yang lalu lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermaksiat kepada Alloh. Mereka juga akan merasakan balasan atas perbuatanya, Alloh Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”.(Qs.Al-zalzalah: 7-8)
Semua akan mendapatkan balasan. Baik kebaikan maupun keburukan. Kebaikan dibalas kebaikan, keburukan dibalas keburukan. Energi positif berbuah positif, dan energi negatif berbuah negatif. waktu sama, namun isi berbeda maka hasilnyapun akan berbeda.
Menjaga Amanah Waktu
Begitu pentingnya waktu, sampai-sampai Alloh bersumpah dengan waktu didalam surat al-‘Ashr: 1-3
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang mengerjakan amal sholih dan nasehat menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran.(Qs.Al Ashr:1-3)
Dalam surat ini Allah Ta’ala telah memperingatkan kita akan betapa pentingnya ‘waktu’. Seharusnya seorang muslim bersemangat untuk memanfaatkan waktunya dalam kebaikan. Hendaklah ia menyibukkan waktunya untuk banyak mengingat Allah, dan melakukan ketaatan kepada-Nya. Ingatkah nasehat Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam:
”pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara, hidupmu sebelum matimu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kosongmu sebelum datang masa sibukmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, masa kayamu sebelum masa fakirmu.” (HR. Ahmad dengan sanad sahih).
Tabiat manusia tidak bisa diam dan berhenti dari aktivitas. Kalau aktivitas ini diarahkan dengan baik maka manfaatnya akan kembali pada umat, tetapi kalau sebaliknya maka akan menjadi lahan yang subur bagi setan.
Ada permasalahan yang harus kita sadari, bahwa kelalaian manusia terhadap pemanfaatan waktu. Pada saat orang-orang barat (non muslim) giat memanfaatkan waktu mereka, bersamaan dengan itu juga mereka memalingkan pandangan kaum muslimin dengan merusak waktu, mendorong kita untuk menyia-nyaiakannya. agar kita sibuk dengan hal-hal sepele dan memalingkan dari hal-hal yang penting. dengan cara merubah pikiran kita menjadi orang–orang yang berpikir kapitalis karena kita jadi tergiur memiliki suatu benda atau barang, yang akhirnya menuntut kita bekerja lebih dari yang seharusnya dan waktu kita akan habis hanya memikirkan pekerjaan seumur hidup kita. Menciptakan permainan pengisi waktu kosong, seni yang membuai, acara-acara TV yang bertujuan menghilangkan kejenuhan terhadap rutinitas kerja sehari-hari. Begitulah cara mereka memalingkan pikiran dan waktu kita.
Ini adalah realitas, dan kita harus bertanya kepada diri sendiri. Dari waktu 24 jam yang kita punyai setiap hari, berapa lama waktu untuk bekerja dan mencari hiburan. Dan berapa waktu yang kita punyai untuk bermesra dengan Allah ataupun berkumpul dengan keluarga untuk memperkuat ikatan silahturahmi dan kasih sayang antara orang tua dan anak. Kalau kita mau jujur kita akan mendapat jawaban yang jujur, dan mulailah untuk memperbaiki segalanya sebelum terlambat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya: "Tidak akan beranjak kaki seorang hamba di akhirat kecuali setelah ditanya tentang empat perkara: ditanyakan tentang umurnya lalu bagaimana ia menggunakannya dan ditanyakan kepadanya tentang ilmu yang didapatkannya lalu apa yang dilakukannya dengan ilmu tersebut, ditanyakan kepadanya tentang harta yang ia dapatkan dari mana ia mendapatkannya dan kemana harta itu dibelanjakan dan ditanyakan kepadanya tentang jasadnya lalu kemana dipergunakannya.
(HR.Tirmidzi yang telah dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitabnya Al-Jami')
Saatnya, memperdayakan waktu untuk islam
Kita tidak tahu berapa lama masa hidup kita di dunia. Yang terpenting, kita harus memiliki karya besar untuk menjadi orang yang mulia karena memperjuangkan umat Islam.
Rasulullah shalallohu’alaihi wa sallam telah memberi teladan kepada kita dalam memanfaatkan waktu hidupanya. Beliau tidak terlalu banyak tidur, karena di malam hari melakukan sholat malam sampai kakinya bengkak. Di siang hari beliau menjadi pedagang, pendakwah dan kepala pemerintahan yang sangat handal. Dalam waktu 23 tahun, beliau mampu membangun peradaban Islam. Beliau mengikuti 27 peperangan bersama para sahabatnya dalam waktu kurang dari 10 tahun. Namun demikian, beliau juga mampu membagi waktu untuk menyantuni fakir miskin, menyayangi istri dan kerabat.
Para sahabat nabi juga memberikan teladan yang luar biasa kepada umatnya. Zaid bin Tsabit , sekretaris dan penghimpun Al Qur’an dalam sebuah mushhaf, dapat menguasai bahasa Parsi hanya dalam waktu 2 bulan. Anas bin Malik yang menjadi pelayan rasulullah shalallohu’alaihi wa sallam sejak usia 10 tahun dan hidup bersama rasul selama 20 tahun, telah meriwayatkan 2286 hadits.
Demikian pula para ulama generasi berikutnya. Syaikhul islam ibnu Taimiyyah karya tulisan beliau mencapai 500 jilid. Abul Hasan bin Abi Jaradah (548 H) sepanjang hidupnya menulis kitab-kitab penting sebanyak tiga lemari. Abu Bakar Al-Anbari mampu membaca sebanyak sepuluh ribu lembar. Syekh Ali At-Thantawi mampu membaca 100-200 halaman setiap hari. Artikel yang telah dimuat di media massa sebanyak tiga belas ribu halaman. Dan yang hilang lebih dari itu.
Begitulah mereka memberdayakan waktu untuk islam. Sekarang, apakah yang sudah kita sumbangkan untuk islam?!
Wallohu’alam bis showab.